Self-sustaining Microenvironment (Part I) ~ I Think I Really Want One In My Room ^^


Tertanggal 16 November 2012 ada 2 agenda penting yang tercatat dalam benakku. Yakni bertemu klienku dan rapat responsi ASOT (prakt. Analisis Sediaan Obat Tradisional). Yang pertama di Farmasi UGM dan yang kedua di Farmasi USD. Alhamdulillah keduanya berjalan dengan lancar. Dan usai rapat responsi ASOT aku pun bergegas pulang karena ada banyak pekerjaan menumpuk, selain itu langit mulai semakin gelap dan aku tidak ingin diterpa hujan di jalan, gantengku luntur ngko :p . Dan saat hampir sampai tempat parkir tokoh yang paling tidak dinanti-nanti datang, deng deng! Tiba-tiba pak Enade muncul dengan maticnya. ‘Ada acara apa kau di sini?’ katanya, ‘err… habis rapat untuk praktikum ASOT pak’ kataku, ‘habis ini gak ada acara apa-apa khan?’ beliau bertanya kembali, ‘gak ada sih pak’ kataku. ‘, ‘yuk kita diskusi dulu’ ajaknya. What the hell… bukannya ada proyek dari jenengan yang harus kuselesaikan segera? hahaha… ah sudahlah, manut wae… Tapi sebelum diskusi aku malah diajak beliau ngliat pembuatan kolam untuk membudidayakan koi, bilangnya sih buat pengabdian masyarakat. Basically he got this crazy idea of proofing that it is easy to farm Koi fish, so that people can eat Koi fish instead. I know… what the fuck it is… :p . He always come with some crazy idea, suit his nickname well :D

Dan sesampai di tempat pembuatan kolam ternyata ada Hans, Angga, dan satu lagi yang kulupa namanya, yang mereka semua adalah mahasiswa yang kelompoknya di bawah pengawasanku saat praktikum ASOT. Di sana mereka sedang menyusun batako dan menaruh lapisan kedap air di atasnya, err… semacam spanduk mungkin? It’s still halfway so not much to see. Dan di tengah-tengah perbincangan pak Enade dengan mereka salah satu mahasiswa mengatakan kalau Romo Sunu sedang di laboratoriumnya, sebuah microenvironment hutan bakau di belakang kampus. Pak Enade pun langsung mengajakku ke sana. Dan sampai di sana aku merasa kagum saat melihat sebuah kolam kecil berukuran sekitar 2 x 2.5 meter dengan beberapa pohon bakau kecil di tengahnya dengan tumpukan bata untuk membatasi air dan lumpur tempat bakau tumbuh. Dan yang menakjubkan ternyata ada kepiting bakau di sana. Pak Enade berkata padaku “Ini hidup terus tanpa diapa-apain lo”, aku terdiam sejenak sambil tersenyum menatap kagum hutan mini itu… lalu aku bangkit dari posisi bungkuk ke posisi berdiri tegap sambil tetap menatap hutan itu dan berkata “self-sustaining”, dan beliau mengulang perkataanku “self-sustaining”. I think it is awesome, how life will strife to survive even inside a limited environment ^^ . Mengingatkanku pada kolam di Sekolah Pascasarjana di mana dalam kolam yang sangat besar itu hidup begitu banyak ikan yang berukuran sedang dan besar, serta beberapa tumbuhan air, dan meski tanpa diberi makan pun mereka terus hidup. Dulu Romo Sunu pernah bercerita padaku tentang penelitian beliau, bagaimana beliau melakukan penelitian terhadap hutan bakau dengan membuat microenvirronment di laboratoriumnya. Dan oleh karenanya aku pun menciptakan istilahku sendiri, yakni ‘self-sustaining microenvironment’.

Little Mangrove Forest :D – could you find the crabs? :)

Saat pulang aku masih terkagum dengan apa yang kusaksikan di USD. Jadi saat sampai di rumah aku pun langsung searching tentang life in a bottle & microenvironment. Then I said to myself “I want one…. *pause… I think I really want one in my room *giggle”. Lalu kuputuskan untuk membuat sendiri microenvironment, untuk kutaruh di dalam kamarku. Kebetulan ada genteng dari kaca, jadi ada sedikit cahaya matahari yang masuk ke kamarku, tapi tidak terlalu banyak. I think it is a perfect condition. Harapanku gak muluk sih, aku cuman ingin melihat daur kehidupan terjadi dalam sebuah botol, meskipun yang hidup hanya hewan-hewan kecil dan mikroorganisme.

Dan tadi sore usai hujan aku pun mulai mengumpulkan tanah di halaman belakang rumah dan kumasukkan dalam botol, lalu ada ampas teh juga, serta aku mengambil tanah dari pot tanaman dengan harapan ada spora jamur yang ikut masuk. Terakhir kumasukkan sedikit gula pasir untuk energi siap pakai :p dan juga satu biji Hokeri (sepupunya Gelombang Cinta). Lets see what will happen. Sejauh ini aku hanya terkejut, karena ternyata ada banyak sekali hewan kecil di dalamnya, arthropoda dan cacing-cacing yang sangat kecil hahahaha… oh well, I just can’t wait to see … ^^

To be continued…

Bantul, November 17th 2012

Muhammad Radifar

Perubahan Besar di Sekitar Kita (SCIENCE FACT!!!)


Tahukah kamu bahwa banyak perubahan di sekitar kita saat ini, baik di Bumi tempat kita berpijak ini maupun seluruh isi tata surya ini. Di bumi saat ini sedang terjadi perubahan besar, hal ini dapat dilihat dari banyaknya bencana alam yang semakin sering.
Peneliti Michael Mandeville pada tahun 1998 membuktikan bahwa jumlah gempa bumi telah meningkat hingga 400% sejak 1973; dalam tahun 2000 Beliau telah membuktikan peningkatan aktivitas vulkanik hampir 500% antara 1875 dan 1993.
Peneliti independen lainnya Will Hart yang juga meneliti hal yang sama mendapati bahwa ada 2119 gempa (besar) pada abad ke-19. Bagaimanapun juga pada tahun 1970 saja dilaporkan terjadi 4139 gempa. Itu baru peningkatan yang mengerikan. Menurut penelitian Hart gempa terdahsyat telah terjadi sejak 1960. Setelah 1960 banyak gunung tidur yang kembali aktif setelah berabad-abad tertidur. Beliau juga mencatat peningkatan yang dramatis dari jumlah tornado dalam beberapa dekade terakhir.

1950-an 4796 tornado

1960-an 6813 tornado

1970-an 8580 tornado

1980-an 8196 tornado

1990-an hingga saat ini (saat belum tahun 2000, penelitian masih berlanjut) 10.000+ tornado

Hal lain yang menarik untuk diperhatikan adalah bahwa pemanasan global. Ternyata manusia hampir tidak menyumbangkan kontribusi apapun terhadap terjadinya pemanasan global dengan kata lain hal ini terjadi dengan sendirinya (takdir dari bumi itu sendiri). Mengapa demikian? Mari kita lihat review berikut ini:

-Kandungan CO2 dalam atmosfer hanyalah 380 ppm

-Hanya 3 % dari 380 ppm tersebut berasal dari aktifitas manusia.

-Hanya 2-5% radiasi infra merah yang dapat diserap oleh gas rumah kaca, sebagaimana yang diperlihatkan dalam spektrum absorbansi IR, yang terdiri dari frekuensi pada pita yang tipis.

-Jumlah CO2 di atmosfer tidak ditentukan oleh produksinya, karena hal ini diatur oleh samudra. Samudra yang dingin menyerap lebih banyak (CO2), sedangkan samudra yang hangat dapat melepaskan lebih banyak.

-Peningkatan kadar CO2 sebesar 30% pernah terjadi beberapa abad yang lalu dan menunjukkan pemanasan samudra (dikarenakan sebab lain), dan ini terlalu kecil untuk menjadi relevan. Ini adalah pertanda, bukan penyebab, dari pemanasan samudra.

-Udara memiliki kapasitas panas yang jauh lebih rendah dibanding air, yang berarti samudra dapat memanaskan udara, namun udara tidak bisa memanaskan samudra secara signifikan.

-Air di udara adalah gas rumah kaca yang jauh lebih hebat dibandingkan lainnya. Air seratus kali lebih berpotensi dibanding CO2 dalam udara sejuk, dan jutaan kali lebih signifikan saat mendung. Kelembaban saja dapat merubah temperatur 10-20 derajat saat mendung (Kita semua tahu pada saat akan hujan temperatur mendadak naik dan terasa panas sekali). Yang berarti CO2 hanya merubah temperatur kurang dari 0.000001 derajat setiap saat.

-Saat el Nino menghangatkan Pasifik, kadar CO2 dalam atmosfer meningkat; dan setelah el Nino selesai kadarnya normal. Kadarnya tidak akan kembali normal jika samudra tidak menyerap  CO2. Dan jika samudra masih dapat menyerap CO2 mereka akan menyerap CO2 lagi.

-Tanaman benar-benar membutuhkan lebih banyak CO2 untuk tumbuh. Pertumbuhan mereka akan meningkat saat CO2 disediakan. Samudra-samudra haruslah cukup besar untuk mengairi planet, tetapi mereka menyerap terlalu banyak CO2 untuk pertumbuhan tanaman yang baik.
Untuk keterangan selanjutnya baca di:

http://www.world-mysteries.com/gnovak.htm

Ada hal yang tidak diketahui oleh masyarakat awam tetapi dikenal dengan baik oleh organisasi-organisasi tertentu seperti NASA, yakni bahwa bumi bukanlah satu-satunya planet dalam tata surya ini yang sedang mengalami pemanasan global! Banyak orang menganggap bahwa pemanasan global disebabkan oleh polusi industri dan pengeluaran karbon diooksida. Tetapi hal ini tidak bisa menjelaskan pemanasan global di Pluto sebuah planet yang jauh lebih jauh dari matahari dibandingkan dengan bumi. NASA bagaimanapun juga tidak mengkaitkan pemanasan global di bumi dengan yang ada di planet-planet lain dalam sistem tata surya kita.
Profesor Geologi Dr. Alexey Dmitriev dari Russian Academy of Science bagian Siberia telah menyelidiki fenomena ini dan menyimpulkan bahwa perubahan yang terjadi dalam tata surya ini disebabkan oleh benda-benda bermuatan tinggi yang memasuki tata surya kita di daerah galaksi ini. Berikut adalah ringkasan dari perubahan yang baru-baru ini terjadi dalam tata surya ini yang dimaksud oleh Dr. Dmitriev:

-Uranus dan Neptunus mengalami pergeseran kutub

-Peningkatan intensitas dan kecerahan dari Neptunus sebesar 40%
-Peningkatan medan magnet Jupiter hingga 2 kali lipat.

-Peningkatan kecerahan di Saturnus

-Munculnya bintik-bintik hitam di Pluto

-Aurora pada Saturnus

-Venus mengalami pertukaran daerah gelap dan cerah dan menjadi lebih cerah secara keseluruhan

-Di bulan muncul atmosfer natrium kalium

-Pertumbuhan atmosfer di Mars 200% menjadi semakin tebal.

-Perubahan iklim secara dramatis di planet Mars misalnya melelehnya tudung es di kutubnya

-Peningkatan aktivitas matahari (Solar flares)

-Pertumbuhan Heliosfer (medan magnet matahari) hingga 1000%!

Semua anomali tersebut terjadi hanya dalam dua dekade!
Heliosfer matahari adalah medan magnet berbentuk tetesan air yang memanjang menuju bagian terluar dari tata surya kita. Ekor dari tetesan ini mengarah ke arah sebaliknya dari arah pergerakan matahari mengitari inti galaksi. Bentuknya mirip sebuah komet. Bagian tepi depan heliosfer menunjukkan energi plasma yang berpendar. Dulu energi plasma ini pada tahun 1990 hanyalah 4 hingga 40 unit astronomi dalamnya (satu unit astronomi setara dengan jarak antara bumi dan matahari, 150 juta km). Kini heliosfer memiliki lapisan energi plasma yang dalamnya 100 unit astronomi. Peningkatan yang tajam ini tidak bisa dijelaskan oleh sains barat.
NASA juga melaporkan adanya peningkatan kecepatan partikel matahari yang dipancarkan oleh matahari seiring perjalanannya menuju ruang antar planet sebesar 400%. Menyebabkan konduktansi ruang antarplanet meningkat.

Mengapa ada begitu banyak perubahan di dalam tata surya ini di saat semuanya telah ditata dengan sedimikian rapi oleh Sang Pencipta. Apakah ini merupakan siklus alami ataukah ini merupakan tanda-tanda dari datangnya hari terakhir?

Next Shower Perseid !!!


Perseids Sekarang hujan meteor Perseid mulai terjadi. Pada saat puncak (12 Agustus 2006) ZHR (Zenital Hourly Rate = Jumlah meteor per jam di saat puncak di tempat terbaik )- nya 50-100 meteor/jam. Sayangnya bulan lagi penuh sehingga mengganggu pandangan. Meteor ini memiliki ciri khas berupa kilatan cahaya yang cepat dan terang. Kalo mau lihat, bangunlah pagi-pagi jam 03.00-sunrise.

Aku sendiri udah liat sih, tapi karena belum puncaknya meteor-nya jarang keluar. Kemunculannya selalu dari rasi perseus (utara Taurus)

Lumayan juga buat refreshing habis Remedial.

note : Kalau pingin tau lebih lanjut, coba download peta bintang di http://www.skymaps.com/skymaps/tesms0608.zip ukurannya kecil kok (gak lebih dari 200 kb)