Mikirin Ceweeeeek Mlulu (Part 9) ~ I maaa ji naaa si (Spongebob)


Previous part: Part 8

Aku punya suatu kebiasaan yang kuyakin semua orang juga memilikinya, yakni berkhayal tentang orang yang kita sukai. Hei, jujurlah, itu normal bukan? :D Anyway, itulah yang ingin kubicarakan saat ini. Ya ya, aku tahu, topik yang konyol memang, tapi aku merasa topik ini layak untuk diperbincangkan.

Pertama-tama aku ingin memulai dari saat pertama kita menyukai seseorang. Saat anda berjumpa dengan seseorang yang nampaknya menarik, entah karena parasnya, caranya berbicara, atau gayanya maka mulailah timbul getaran-getaran dalam hati yang membuat anda grogi atau bahkan salting saat berbicara dengannya. Pada saat itu anda memang belum banyak mengenalnya, sehingga saat anda mulai mengkhayalkan diri anda dengannya andapun berkhayal dengan semena-mena, why? Karena masih banyak yang anda belum ketahui dari dirinya sehingga ruang untuk berimajinasi begitu luas! WTF! Lalu seiring dengan berjalannya waktu anda mulai mengenalnya sedikit demi sedikit, kemudian khayalan anda tentang dirinya menjadi semakin spesifik dan semakin sempit. Saat anda tahu dirinya ternyata gemar bersepeda di minggu pagi lantas anda berkhayal bersepeda dengannya di minggu pagi. Saat anda tahu dirinya ternyata gemar bermain gitar andapun berkhayal anda ikut menyanyi mengikuti alunan petikan gitar darinya. Saat anda tahu dirinya ternyata gemar memotret, andapun mengkhayal dipotret oleh dirinya dengan pose-pose yang narsis. Dan semakin lama anda semakin mengenalnya semakin spesifik dan semakin realistik pula khayalan anda.

Wait a minute! Is it really important? Hohoho… tidak juga, tergantung anda melihat cerita ini dari sisi mana. Anyway, IMO saat awal perjumpaan anda dengannya dan anda berkhayal dengan semena-mena adalah salah satu tahap yang paling konyol. Tanpa adanya “data-data” yang akurat dan terpercaya anda bebas memilih khayalan yang anda mau (wild imagination), anda bisa berkhayal selalu rukun dengannya atau berkhayal menjalani kehidupan dengan penuh mind games di dalamnya, keduanya adalah benar :p setidaknya demikianlah yang dapat anda khayalkan sampai anda mendapatkan “data-data” terbaru dan up to date. Khayalan-khayalan yang bersifat geje yang timbul akibat rasa suka yang belum terasionalkan ini merupakan indikasi adanya harapan-harapan terhadap orang yang kita sukai, hmmm… harapan? Kenapa berharap pada orang yang sebenarnya belum pasti kita cintai atau tidak? Hahahahaha, cuman perasaan sesaat, hanya beberapa jam atau beberapa hari sebelum kita tersadar dari harapan yang tidak pantas untuk dikejar.

Oke, oke, katakan anda sudah tersadar dari harapan yang “konyol” itu, lalu apa selanjutnya? Selanjutnya memasuki tahapan let it flow, anda mungkin masih mengkhayalkan dirinya (meskipun jarang), mungkin juga tidak sama sekali. Atau anda bahkan mungkin sudah tidak ambil peduli sama sekali terhadap dirinya. Lalu ada cewek lain yang menarik perhatian anda dan siklus yang sama terulang, duh… atau mungkin nasib berkata lain, anda semakin sering bertemu dengan dirinya, berinteraksi dengan dirinya, lalu menemukan beberapa quality of interest dalam dirinya. Akhirnya andapun menyukainya semakin dalam dan andapun melihat dirinya semakin cantik dan semakin cantik. And oh crap… you begin to falling in love with him/her… you don’t see it coming, it just happen before you know it.

Kemudian, jika anda adalah orang yang hobi berpikir seperti saya mungkin akan ada kesempatan dimana terlintas di pikiran anda, apakah dia benar-benar untukku? Atau jika tidak anda mungkin tidak peduli sama sekali, yang anda pikirkan adalah love love love love and love. Anda benar-benar buta dan tuli, saya katakan A anda tidak mendengarkan, saya bilang B anda pun juga tidak mendengarkan. Anda selalu berkata “dialah yang terbaik untukku, aku tidak peduli kata orang lain”.

Nah saatnya saya membahas khayalan stage selanjutnya, khayalan semi semena-mena, kenapa semi semena-mena? Karena pada tahapan ini anda sudah memiliki cukup banyak data tentang dirinya dan khayalan anda sangat spesifik dan terbilang cukup realistis. Namun masih ada satu masalah, perasaan anda masih menguasai diri anda, alhasil apa yang anda bayangkan masih belum “sempurna” karena perasaan mengalahkan logika. Khayalan baru dapat dikatakan realistis jika dibangun dengan data-data yang akurat dan memenuhi hukum logika (satu potongan bersesuaian dengan potongan-potongan lainnya).

Hingga suatu saat anda memasuki tahapan cinta yang rasional, perasaan anda mulai mereda dan stabil. Pada saat ini anda sudah mulai bisa menggunakan logika, anda sudah bisa melihat kekurangan-kekurangan pada pasangan anda, anda pun juga tidak sejaim yang dulu. Kini khayalan andapun mulai berubah, anda bisa membayangkan ketidakcocokan, kebohongan, kemarahan, pertengkaran atau mungkin bahkan kekerasan dalam khayalan anda. Nah, ini dia khayalan yang lebih realistis, after all… relationship is not always going well…

Sekarang mari fastforward (khayalan kita)… pernahkah anda membayangkan bagaimana rasanya berumah tangga dengan seseorang yang anda sukai/cintai? That is the highest level of daydreaming… that’s right, daydreaming about having household with someone you love… bayangkanlah bagaimana rasanya berumah tangga dengannya, bayangkanlah bagaimana kalian bersama di dapur, di ruang keluarga, merawat anak, bekerja, mengurus rumah, semuanya bersama dengannya. Bisakah anda membayangkan semua kegiatan berumahtangga dengannya? Aku tidak bisa membayangkan bagian ini sama sekali jika orang itu benar-benar bukan untukku, jikalau aku menyukai seseorang dan aku merasakan quality of interest, bahkan chemistry dengan orang itu lalu aku tidak bisa membayangkan sepenuhnya kegiatan-kegiatan dalam rumah tangga meskipun aku memiliki data yang sedemikian banyak tentang orang itu maka itu artinya dunia kami tidak sepenuhnya overlapping… dulu aq pernah berdiskusi dengan salah seorang seniorku, dan kami sepakat bahwa jika kau tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya berumahtangga dengan seseorang yang kau cintai maka dia bukanlah soulmate-mu.

Interesting isn’t it? Have you ever try it? Try to imagine living together with someone you love and bound by marriage. Can you imagine that? Can you imagine everything that might happen? Can you imagine how the both of you will solve the problem in case it happens? If no image come to your mind despite the fact that you have so much data about him/her then (s)he is not for you.

In the end, for me daydreaming is just another tool to check how strong my chemistry with someone I like or love, another tool to see how much overlapping between my world and her world, another tool to avoid wasting my time by being with someone that’s definitely not for me, another tool to help me define my future…

April 20th, 2011

Muhammad Radifar

Mikirin Ceweeeeek Mlulu (Part 7) ~ Towards The “I Don’t Give A Damn Shit” State of Mind


Previous parts:
Part 1, part 2, part 3, part 4part 5, part6

Ya, aku masih ingat saat aku pertama masuk di Fakultas Farmasi UGM tercinta, aku tidak begitu peduli yang namanya cewek, aku begitu konsen dengan kuliah. Hingga suatu saat, kalau tidak salah saat akhir semester 2 atau awal semester 3 aku melihat sesosok gadis yang begitu cantik dan manis. Wow, akupun terpukau. Saat itu aku masih memiliki idealisme untuk mencari gadis yang sekitar 5 tahun lebih muda, aku masih ingat saat aku berdiskusi dengan Nuri dan Maya saat praktikum (kami dulu satu kelas dan satu golongan praktikum, namun kemudian aku masuk PST dan mereka berdua masuk CCP) aku pernah bercerita kepada mereka tentang idealismeku itu. Namun seiring dengan berjalannya waktu ternyata aku semakin suka pada gadis itu, dan ternyata kami masuk dalam jurusan yang sama (PST) sehingga rasa sukaku semakin menjadi-jadi. Dan ternyata dia memiliki Quality of Interest yang kuidam-idamkan, wow! Akupun akhirnya jatuh cinta kepada gadis itu, meskipun ternyata cintaku bertepuk sebelah tangan berkat kebodohan-kebodohan yang telah aku lakukan LOL.

Setelah lama rasa cintaku akhirnya mereda namun tidak pernah hilang, aku pun sadar bahwa itulah cinta yang sesungguhnya, setelah membandingkan dengan rasa sukaku yang dulu-dulu (saat sebelum kuliah) ternyata aku baru kali ini merasakan jatuh cinta. Adekku pernah bilang, “cinta pertama itu gak ada matinya”, dan aku rasa itu benar. Lama kelamaan rasa itu memang meredup, namun tidak pernah hilang. Belakangan sering kali aku merindukan perasaan yang dulu pernah ada, the “I don’t give a damn shit” state of mind. Keadaan di mana aku tidak peduli dengan cewek dan hanya berfokus pada cita-citaku. Menarik juga bagaimana idealisme kita bisa luntur saat bertemu dengan orang yang kita cintai, kemudian idealisme tersebut bisa kembali lagi setelah rasa cinta kita mulai memudar. Aku sadar bahwa ternyata cinta bisa mempengaruhi idealisme, dan oleh karenanya juga mempengaruhi pencapaian kita terhadap cita-cita. Aku ingat, aku pernah berdiskusi (via YM) dengan pak Enade tentang masa depanku, satu ketika pak Enade bertanya “Dif kamu belum punya pacar to?”, lalu aku bilang belum, lalu pak Enade berkata “Bagus, kalau begitu kamu bisa kerja di mana aja”. Jika aku mengingat diskusi itu aku jadi sadar pentingnya menjadi jomblo dalam meraih cita-cita. Jika kita memiliki pasangan “sebelum masa depan kita pasti” maka di dalam menentukan masa depan akan ada lebih banyak pertimbangan, utamanya terkait pasangan kita.

Meskipun demikian, tetap menjadi seorang jomblo tidaklah mudah bila di dalam benak kita selalu terbayang untuk memiliki pasangan, terlebih lagi bila di sekitar kita sudah banyak yang memiliki pasangan, terlebih lagi bila umur kita sudah semakin tua. Itulah sebabnya aku ingin secepatnya menuju the “I don’t give a damn shit” state of mind. Agar aku bisa benar-benar fokus pada apa yang aku tuju.

June 08, 2010

Mikirin Ceweeeeek Mlulu (Part 6) ~ Quality of Interest


Previous Links:

Part 1, Part 2, Part 3, Part 4, Part 5

23 months after Part 5 writen.
Wow, gak nyangka aku akan secepat ini untuk menuliskan sequel dari Mikirin Ceweeeeek Mlulu. Di balik kenyataan bahwa aku sedang ingin fokus untuk meraih cita-citaku dalam satu dekade ke depan, entah kenapa aku ingin melanjutkan cerita yang dulu di dalam proses pencarian soulmate. Barangkali karena aku seringkali mendapat sms dari Fithrul Mubarok A.K.A. ItunkQ yang selalu ingin mendiskusikan fenomena pacaran dan jodoh yang ada di sekitar kami. Kami seringkali mendiskusikan mengenai sebab dan akibat dari suatu fenomena pacaran dan jodoh di sekitar kami, bahkan kami sempat bergurau, jikalau kami terus-menerus membicarakan fenomena-fenomena tersebut bisa-bisa kami berdua akan menuangkan dalam sebuah buku, and I think it will be a nice book LOL

Anyway, kali ini aku akan membicarakan salah satu hal yang sering aku dan ItunkQ bicarakan, yakni hal-hal yang membuat kita tertarik. Pada suatu ketika ItunkQ merasa heran, kenapa ya koq seringkali ada cewek yang bener-bener high quality jomblo tapi malah gak ada cowok yang mau deketin? Atau, kenapa ya meskipun ada cewek yang anaknya baik, pinter, cantik dan kaya tapi aku malah gak tertarik? (kata ItunkQ). Itu adalah isu yang sangat menarik untuk diperbincangkan, pikirku. Pada dasarnya aku dan ItunkQ memiliki banyak persamaan dalam mencari jodoh, salah satu persamaan itu adalah “selektif”. Kami berdua tidak sekedar mencari bibit, bebet dan bobot belaka. Ada suatu kualitas tertentu pada seseorang yang dapat menimbulkan ketertarikan pada orang tersebut, meskipun bagiku dan bagi ItunkQ kualitas tersebut boleh jadi berbeda. Jika dipikir-pikir, dalam mencari pasangan memang orang tidak bisa langsung saja jatuh cinta, paling-paling juga cuman crush atau infatuated. Makanya IMHO aku berpikir konsep mendekati orang yang keliatannya menarik tapi belum dikenal sama sekali adalah konyol. Bagaimana mungkin bisa mendekati orang yang belum dikenal sama sekali padahal belum yakin kita jatuh cinta atau tidak? Makanya aku berpikir bahwa jalan terbaik sebenarnya memperluas pertemanan saja titik! Pada nantinya, jika kita berteman kita pasti cepat atau lambat dapat mengetahui sifat-sifat yang sebenarnya, itu merupakan perkenalan yang lebih baik IMHO, ketimbang pdkt yang isinya cuman jaim-jaiman dan gak keliatan sifat aslinya, eh setelah jadian baru keliatan belangnya dan malah jadi illfeel. Mau gak mau jalan terus karena jatuh cinta, padahal sebenernya ngrasa gak sreg. Anda tahu, setiap antar teman itu selalu menjaga jarak yang ideal, jarak ini selalu ditentukan oleh chemistry antara kedua orang teman tersebut, semakin kuat chemistry-nya akan semakin dekat kedua orang tersebut. Semakin incompatible maka semakin jauh jaraknya. Jika jarak antara keduanya sudah sangat dekat, bukan hal yang mustahil jika kedua orang itu menjadi pasangan hidup (di sini saya membicarakan tentang dua orang teman yang beda gender), dan pada kenyataannya banyak peristiwa tersebut yang terjadi.

Whew, keknya sedikit melenceng dari apa yang mau aku omongin sebenernya -_-…
Sebenernya di sini aku mau ngomongin soal quality of interest. Mau cewek mau cowok ternyata gak beda-beda amat kalau soal milih pasangan, ketimbang bedanya sebenarnya jauh lebih banyak samanya. Salah satu hal yang sama adalah pertimbangan “Apakah orang ini punya pribadi yang menarik atau gak?”. Setiap orang pasti sudah punya jodohnya masing-masing, itu sudah janji Yang Maha Kuasa. Menariknya, ternyata janji tersebut ternyata terealisasikan dalam bentuk ketertarikan yang spesifik dan kecocokan. Perihal kecocokan sudah aku perbincangkan di Mikirin Ceweeeeek Mlulu Part 4 & 5, sekarang saatnya membicarakan tentang ketertarikan yang spesifik. Jadi, kembali ke cerita di waktu awal, kenapa aku dan ItunkQ sama-sama tidak tertarik pada cewek yang baik, pinter, cantik dan kaya? Alasannya simple saja, karena pada cewek tersebut tidak ada kualitas yang dapat membuat kami tertarik, aku menyebutnya dengan quality of interest. Quality of interest aku definisikan sebagai suatu kualitas entah dari segi fisik, emosi, mental, spiritual, material maupun keturunan yang dapat menimbulkan ketertarikan pada orang lain, ketertarikan di sini bersifat luas, bisa hanya sekedar menarik untuk dijadikan teman, sebatas kekaguman, mengidolakan, atau bahkan jatuh cinta. Seringkali quality of interest inilah yang menyebabkan orang menjadi jatuh cinta. Quality of interest ini bagi setiap orang berbeda, dan jangan salah, quality of interest tidaklah selalu hal-hal yang positif dari seseorang, ada banyak fenomena yang menunjukkan ternyata justru hal-hal yang negatif dari seseoranglah yang justru menjadi quality of interest. Quality of interest misalnya adalah smart, hemat, elegan, manja, nekat, males, berwibawa, jujur, urak-urakan, dll.

Anda mungkin tidak percaya kalau quality of interest itu ada juga yang negatif. Aku dulu pernah membaca di sebuah forum, kenapa cowok-cowok yang di forum banyak yang suka cewek yang manja. Ternyata alasannya simple, karena cowok suka merasa dibutuhkan dan berguna. Contoh lain adalah males, kenapa seseorang suka nyari pasangan yang malesan, ternyata karena orang itu juga males dan gak suka disuruh-suruh, selain itu orang tersebut ternyata menyukai kebebasan.

Terakhir, quality of interest lah yang membuat anda berkata, si Dia memiliki kepribadian yang menarik. Padahal menurut orang lain kepribadiannya biasa-biasa saja. Well, it was said that beauty is on the eye of the beholder :D

May 3, 2010